Harta yang Membawa Petaka
عَنْ
حَوْلَةَ اْلأَنْصَارِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ رِجَالاً يَتَخَوَّضُوْنَ فىِ
مَالِ اللهِ بِغَيْرِ حَقٍّ فَلَهُمُ النَّارُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (رواه
البخارى).
“Dari Khalulah al-Anshari ra. ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya orang-orang yang menggunakan harta Allah tidak dengan jalan yang hak maka bagi mereka neraka di hari kiamat.” (H.R. al-Bukhari).
1Harta adalah Titipan
Harta adalah titipan. Suatu saat nanti siapa pun pemilikinya akan diambil kembali oleh pemilik yang sebenarnya yaitu Allah SWT. Rumah mewah, kendaraan bagus, ladang dan lain sebagainya akan dialihpugsikan pemilkinya baik diwariskan, diambil oleh orang lain atau mungkin habis sebelum tutup usia dengan berbagai sebab. Allah berkuasa untuk berbuat sesuatu dengan harta siapa pun, memberi atau mengambil. Oleh karena itu, Allah mengancam keras kepada orang yang enggan memperhatikan hak-hak hartanya, bahwa dalam hartanya itu ada bagian untuk orang lain yang lemah. Hal ini sangat logis karena manusia hanyalah sekedar dititipi. Dalam firman-Nya dijelaskan:
وَالَّذِينَ
يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَيُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللهِ
فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ . يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ
جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا
مَاكَنَزْتُمْ لأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَاكُنتُمْ تَكْنِزُونَ. (التوبة:
34-35).
“....Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka; lalu (dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan.” (Q.S. at-Taubah: 34-35).
Allah SWT. juga mengingatkan bahwa harta dan anak dapat melalaikan dari ibadah kepada-Nya. Siapa yang terlalaikan oleh harta dan anaknya, maka harta dan anaknya akan menjadi petaka. Dia akan merugi di akhirat kelak. Tentunya kerugian yang tidak dapat tergantikan seperti dalam firman-Nya:
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلآأَوْلاَدُكُمْ عَن
ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ.
(المنافقون: 9).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan juga anak-anakmu melupakan kamu dari ingat kepada Allah. Dan barangsiapa yang melakukan hal itu, maka mereka adalah orang-orang yang merugi.” (Q.S. al-Munafiquun: 9).
2.Sebuah Pertanda
Dari zaman dahulu hingga kini kedudukan harta memang menjadi kejaran setiap orang, siapa pun dia. Kedudukan harta sangat berarti guna menunjang kehidupan itu sendiri. Bahklan ibadah pun banyak yang harus ditunjang dengan harta. Oleh karena itu mencari harta bagi orang-orang mukmin merupakan ibadah. Namun saat-saat di mana proses pencarian harta ini banyak yang menyimpang dari aturan Allah dan Rasul-Nya, maka sebagai pertanda bahwa kekacauan di ambang pintu. Inilah yang digambarkan dalam sebuah riwayat:
إِقْتَرَبَ
السَّاعَةُ وَلاَ يَزْدَادُ النَّاسُ عَلَى الدُّنْيَا إِلاَّ حِرْصًا
وَلاَ يَزْدَادُوْنَ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا. (رواه الطبراني).
“(Ciri) kiamat telah dekat ialah jika manusia tidak lagi bertambah, melainkan bertambah rakus dengan dunia. Dan tidaklah mereka bertambah (dekat) kepada Allah melainkan bertambah jauh saja.” (H.R. ath-Thabrani).
يَأتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالىِ الرَّجُلُ مِنْ أَيْنَ أَصَابَ الْمَالَ.
“Akan datang suatu masa kepada manusia, seseorang tidak lagi memperdulikan dari mana ia mendapatkan hartanya.” (H.R. an-Nasa’i).
3. Khawatiran Rasulullah Saw atas Umatnya
Dari Abu Sa’id ra. berkata, Rasulullah Saw duduk di atas mimbar sedangkan kami duduk di sekitarnya, kemudian beliau bersabda:
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian sepeninggalku nanti adalah terbukanya lebar-lebar kemewahan dan keindahan dunia.” (H.R. Muttafaq alaih).
Dari Sai’id al-Khudri ra. berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya dunia ini manis lagi indah dan sesungguhnya Allah Ta’ala menyerahkannya kepada kamu sekalian, kemudian Dia akan melihat bagaimana kalian semua berbuat. Maka waspadalah terhadap dunia dan juga kepada kaum wanita.” (H.R. Muslim).
Dari Ka’ab bin Iyadh ra. berkata, Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya setiap umat itu mengalami fitnah. Dan fitnah umatku adalah harta.” (H.R. at-Tirmidzi)
4. Konsep Zuhud
Dalam riwayat Ibnu Majah ada sebuah riwayat dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi ra. katanya, “Seseorang menemui Nabi Saw bertanya, ‘Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amal jka aku melakukannya akan dicintai Allah dan dicintai sekalian manusia?’ Rasulullah Saw menjawab, ‘Zuhudlah kamu terhadap dunia niscaya kamua dicintai Allah. dan zuhudlah kamu terhadap yang dimiliki manusia niscaya kamu akan dicintai oleh mereka.” (Ibnu Hajar berkata, “Hadist ini isnadnya hasan”).
Dalam buku Tazkiya an-Nafs halaman 61 diuraikan, Yunus bin Maisarah berkata: “Zuhud terhadap dunia itu bukan mengharamkan yang halal dan bukan pula dengan membuang harta. Tetapi zuhud terhadap dunia ialah kamu lebih yakin dan percaya kepada apa yang ada di tangan Allah SWT. daripada apa yang ada di tanganmu. Juga keadaan dan sikapmu sama, baik ketika ditimpa musibah atau pun tidak, serta dalam pandanganmu orang lain itu sama, biak yang memujimu atau yang mencelamu karena kebenaran.”
Ali berkata: “Barangsiapa yang zuhud terhadap dunia akan terasa ringanlah segala musibah yang menimpa.”
Ahmad bin Hambal berkata ketika ditanya tentang seseorang yang memiliki harta yang banyak, apakah orang itu bisa berzuhud? Beliau menjawab: “Apabila ia tidak berbangga dengan pertambahannya dan tidak pula bersedih karena berkurangnya, maka dia adalah seorang yang zahid.”
sumber :
https://www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar